"Aku kelelahan."
"Ya nasibmu menjadi manusia yang hidupnya adalah sebuah pencapaian.
Di mana ada harapan,
Lalu disusul kekecewaan.
Di mana ada pertemuan,
Lalu di susul perpisahan."
"Bangga sekali kamu akan dirimu sendiri!"
"Tentu.
Aku terlahir dari batu.
Di tengah hutan antah berantah.
Belajar menguliti buah dengan gigi sendiri.
Tidak memiliki hutang budi,
seperti kau kepada Ibu Bapak yang menyuapimu,
juga orang-orang yang dibayar untuk mengajarimu tentang ilmu.
Lalu, tidak ada yang mengharuskanku untuk sekolah sampai tinggi.
Tidak ada capaian,
itu berarti tidak ada harapan,
maka tidak ada kekecewaan.
Tidak bertemu siapapun,
itu berarti tidak berpisah dengan siapapun.
Sampai aku menyiapkan gali kuburku sendiri.
Dan sampai nafas terakhir di tenggorokan,
aku akan merebahkan diri di dalam liang."
"Apa rasa hidup seperti itu?
Artinya kamu tidak mengetahui akan keindahan rasa kasih sayang."
"Tentu.
Ketidaktahuan adalah anugerah.
Lagipula, apa kamu percaya bahwa semua manusia yang berada di dekatmu,
mengasihi dan menyayangimu?"
"Entahlah.
Paling tidak, manusia punya hati."
"Sini kubisiki.
Hati hanya persoalan emosi.
Seperti angin yang datang dan pergi.
Juga, kencang dan pelan.
Dan yang paling menakutkan.
Ia tidak terlihat."
Februari 2018
perhelatan batin yang menyesakkan
ReplyDeleteulah sebuah pengharapan pencapaian
menusia yang manusiawi
hidup yang hidup
bahagia kecewa soal rasa manusia
tak ada perpisahan yang dihekendaki
ketika hati masih bersahutan
sebuah rasa yang dirasakan
jangan abaikan
walau rasa itu tak terlihat