Kabaret riang di kapal tua bermahkotakan remang bulan
Mengudarakan kabang-kabang yang berjelaga
Sepucut surat datang berisikan cinta
Dan cinta itu apa artinya?
Dermaga pemberhentian terlihat bayangannya
Di tengah samudera penghamparan yang banyak rahasia
Sudah tua rupanya kapal si nakhoda
Berlari pun sia-sia
Semakin dekat jelas sudah mercusuar bercahaya hijau di seberang
Dan jauh pun pasti akan sampai juga
Belum lama bersenandung kidung langit malam
Kuduga badai bersapa pula
Sialnya malam ini aku tak berpayung masa lalu
Terhanyut oleh mesra rayuan lain laut biru
Terlupa akan berbahayanya ombak kepunyaan Tuhan
Bergoyang kesana kemari dengan arah tak diketahui
Sudahlah wanita malam tak berteman!
Pusing kepalamu menamai setiap jengkal rotasi bumi
Urusi saja guyonan hidup yang Tuhan hadiahi
Kabak-kabak berlari ngeri
Berbondong bondong undur diri
Mungkin karena laut sebelah sini tak bisa di singgahi
Suguhan badai menepi tepat di kapal ini
Tak sampai kepada cahaya yang sudah dekat terlihat di pelupuk mata
Goyangkan terus kapal sampai mabuk bukan kepalang
Apabila aku mati mengapung tepat di pantai seberang nanti
Masih ada doa yang terlontar kepada jasad tak bertuan
Dan apabila ada ruang yang terdapat sekat
Masih ada suara yang dapat berpesan kepadanya
Sampaikan ini kepadanya,
"Ini perjalanan kita yang buat, tetapi mati di sini adalah pilihan. Hidup hanya sekedip mata Tuhan. Jadi, hiduplah selama mata Tuhan masih membuka. Badai ini bukan untuk mati. Tapi, hanya untuk di singgahi."
Comments
Post a Comment