Peluh Langit Di Senja Kita


Sepergi bangku tempat bersenda gurau
Bukan aku lagi sang pendosa
Dengan membawa rahasia ke liang lahat
Ia mati

Seindah lagu hujan terputar bersama angin kemurungan
Dengan sembab dan kerak di tepi mata hingga pipi
Melayang kepala ke pelosok ingatan
Tentang bau hujan, kita, dan kopi panas
Dan untuk kesekian kali ia mati

Berkotak mimik wajah milikmu terbias cahaya yang menilik dari bolongan
Tertidur pulas sampai rintik hujan
Berisi rindu mengetuk atapnya

Duduk aku di sekotak peristirahatan
Dengan angin bersandar di setiap helai rambutku dan menyenangkan
Harum tanah menyeruak, menguap, mengudara

Atau kau ingat pernah bersamaku?

Ada janji di sela genggam hangat dengan hujan bersaksi
Ada rona merah milikku yang kukira juga kamu...

Comments

Post a Comment