Seperti lencana berwarna perak menyala
Gagah benderang dalam setiap suasana
Menempel dimana saja bisa
Mengkilap dan mengambil tatap mata
Seluruh penjuru kota mengamatinya
Datang dari mana entah asalnya
Ia hanya lencana perak menyala mewah dan gagah
Tak seorang tahu pernah ada darah terciprat melumuri dan menggelapi sisi lencana
Dalam gelap perang tak bernyawa
Pertikaian sengit para pembela negara
Tak seorang tahu, ada cerita didalamnya
Seumpama lencana, mengukur jerit setiap cerita didalamnya
Ini Tuhan punya tuju
Ada putaran roda tak menentu
Ditunjuknya satu per satu untuk membuka pintu
Rumah-rumah yang kuketuk terbuka dan menjamu mesra
Setiap sisi bangunannya mengundang tanya
Setiap tembok bercerita
Kudapan manis dan kopi hitam panas membuai lekuk tubuhku untuk duduk diam dan mendengar setiap rumah bercerita
Bangku mengutarakan penantiannya
Meja menopang berat setiap bebannya
Tirai menutupi perolehan baik dan buruk cerita didalamnya
Cangkir kopi, piring kecil dan asbak rokok menjalin persahabatan hangat disela-sela percakapan yang dalamnya
Jam dinding yang mengatur perputaran waktu senda gurauan
Dan itu pintu yang selalu membuka dan menutup tanpa alasan
Setelah singgah aku sadar, kenapa selama ini aku tak pernah tahu
Bahwa, setiap rumah beralasan
Dan setiap rumah memiliki hangat yang berbeda-beda
21.40
15/01/2014
Bikin aku senyum sendiri "setiap rumah memiliki hangat yang berbeda-beda"
ReplyDeleteSilah senyum sepuasnya sampai nanti aku berhenti menulis. Selamat membaca!
Delete