Terkutuk



Aku jarang bercakap-cakap dengan kakak.
Hanya sewaktu-waktu.

Dan waktu itu, malam ini.
Ketika ia menggelontorkan sekalimat dengan mata berair.
Dan tumpah ruah perjalanannya menemukan tambatan hati.

Air mata menngalir deras di pipiku.
Masih ada sisa air mata rupanya, kataku dalam hati.

"Sudah tidak ada yang bersisa dariku, Kak.
Semuanya sudah pergi.
Hanya tersisa aku di sini."

"Jalanmu bungkuk.
Dadamu menciut.
Sadarkah?

Makan dan minum air putih yang banyak.
Mulai saat ini berjalanlah tegak.
Berhenti mengutuki diri."

"Aku sudah coba segala macam cara untuk berhenti."

"Kamu hanya perlu percaya.
Berjanji padaku kau akan berjalan tegak.
Ketika kamu berhenti mengutuki diri,
matamu akan mengenali orang-orang yang bangga berada di sekelilingmu."


Pondok Kopi, 22 September 2018
Ratia Kusuma


Comments