Dipertengahan perjalanan
saya membeli segelas kopi instan
dan meminumnya di halte
saat sedang menunggu bis menuju rumah.
Ada yang tidak beres dalam jiwa saya.
Berkelebatan Antoine dan istrinya yang mengandung
berdiri di ambang pintu berdampingan,
dengan mata merah menyala
yang menguliti saya yang berdiri mematung
di beranda rumah mereka.
Baik Antoine maupun istrinya membuat saya mual.
Saya muntah. Semua isi perut saya keluar.
Saya muak dengan segala hal tentang Antoine dan istrinya.
Saya mengidap penyakit otak.
Hubungan saya di dunia luar menjadi patologis dan tidak normal.
"Nausee" demikian istilah Sartre.
Orang-orang berjalan miring.
Ada yang selalu berbicara di dalam kepala saya.
Halusinasi tingkat tinggi.
Andaikata jiwa saya dapat digambarkan seperti jasmani,
akan nampak jelas jemari saya sudah rontok,
daging pipi saya sudah kering, dan kaki saya pincang sampai lutut.
Andaikata saya dalam keadaan mati,
maka nyawa saya tercangkul di suatu tempat,
tidak mempunyai hal baik untuk ke Sorga atau dibakar di Neraka.
Yang paling parah saat ini.
Saya tahu-tahu sampai di rumah.
Ketika sadar saya sedang menarik selimut di kamar.
Sedangkan apa saja yang saya lakukan setelah muntah,
saya tidak ingat.
"Jangan minum kopi lagi ya istriku sayang.
Kasihan bayi kita kalau hanya diberi kopi."
Kata Antoine sambil mengelus perut saya
yang membuncit di balik selimut kami.
Bendungan Hilir, 04 Mei 2018
Comments
Post a Comment