Sisir Di Bulan



Sulit berdamai dengan hati.
Sudah lima bulan ia tidak menyisir rambutnya.
Ia trauma melihat sisir.
Ia menjerit-jerit ketakutan, seperti melihat demit saja.

Sisirnya menjelma sebuah wajah,
yang hangat dan penuh kasih sayang.
Lalu wajah berubah menjadi tangisan,
erangan sebuah pengkhianatan.

Perlahan berubah menjadi marah dan teriakan.
Juga hujatan jari telunjuk yang melayang ke arahnya.
Sampai yang menakutkan,
wajah itu berpaling dan tidak mengenalinya lagi.

Dikumpulkannya sisir sepenjuru rumah,
lalu sepenjuru kota,
setelah itu seluruh negara,
sampai sejagad raya.

Ia masukan ke dalam berjuta kotak kardus,
tanpa ragu ia lempar ke bulan.

Setelahnya,
setiap terang bulan ia melihat wajah.



Yogyakarta, 14 April 2018



Comments