Kutu dan Burung Phoenix



"Aku tidak akan pernah membunuh kutu itu."

"Kenapa? Dia sudah menyakitimu,
menyedot habis darahmu.
Kutu bukan apa-apa."

"Tapi, dia menyedot darahmu juga."

"Lalu?"

"Tahukah kamu,
darah kita menyatu di dalam sebuah kutu."

"Akh, menjijikan."


"Salah.
Romantis.
Lebih romantis,
ketimbang sebuah cinta suci milik Burung Phoenix."

"Kenapa lagi kau sangkut pautkan Burung Phoenix
yang maha agung dengan sebuah kutu."

"Kenapa begitu mengagungkan Burung Phoenix?"

"Ia melebur dirinya sendiri menjadi abu
dari api yang dibuatnya sendiri setelah hidup ratusan tahun,
kematian yang dibuatnya sendiri.

Lalu, lahir kembali menjadi sebuah cinta yang baru.
Sebuah representasi dari proses siklis hidup dari kematian."

"Kalau itu persepsimu soal romantisme.
Kamu kalah!
Itu bukan romantis.
Itu melankolis.

Kutu yang menang kalau begitu."



Jakarta, 9 April 2018

Terinspirasi dari sajak-sajak John Donne beserta seluruh maha karya
Mitologi Yunani Kuno abadi selama ribuan tahun yang melintasi zaman
serta varietas budaya masyarakat dunia


Comments