Kesatuan Afinitas



Joan baru saja melihat Simon di pojok kamarnya,
duduk gagah dengan kaki di lipat dan tangan digantungkan
di bagian dengkul kaki.
Matanya menyala dengan senyum yang samar tertawa.
Mengingatkan Joan untuk menyisir rambutnya yang
berombak dan sering berantakan.

Lalu, pagi ini Joan melihatnya di pinggir jalan
ketika ada mobil sedan mewah dengan sirip punggung ikan paus
di bagian atasnya tersendat macet.

Joan melihat Simon sewaktu mereka berkeliling kota,
tawar menawar dengan penjual-penjual mobil mewah
untuk bosnya yang sadis itu.
Dan, melepas lelah di toko kopi
sambil mengira-ngira soal perhitungan pajak mobil.

Karena, intimidasi dan berbagai macam kesengsaraan,
Joan menyerahkan dirinya kepada ulama besar.
Di saat sumpah pernikahan hampir dilontarkan,
Joan mendengar Simon meneriakkan namanya.

Saat itu, benar, Simon rebah di kamarnya
sambil mengeluarkan air mata,
hatinya meneriakkan nama Joan,
melintasi gedung-gedung tinggi menjulang
dan menerobos malam beserta hiasan langitnya.

Joan menyeru nya kembali,
meneteskan air mata di wajahnya yang tebal dandanan,
hatinya menyeru nama Simon.
Simon mendengarnya.

Joan meninggalkan ulama.
Joan dan Simon saling berlarian tanpa arah,
hanya untuk mencari darimana datangnya teriakan kekasihnya.

Dan semua terjadi setiap hari.
Mereka saling mencintai dalam bukti kesatuan afinitasnya.



Kuningan, 11 April 2018


Comments