"Aku kalah dan banyak cedera,
aku tidak sanggup menatap mata pelatih dan tim.
Sebuah penyesalan dan kekecewaan."
"Nikmati saja rasa malu, menyesal,
sakit hati, kecewa,
dan sebagainya beraduk menjadi satu.
Sampai lama bekas-bekas penderitaannya
tidak akan terhapus.
Andaikata sebuah penyakit,
ia bukan kanker ganas stadium akhir,
karena kamu tidak mati.
Kamu hidup dan berdiri tegak.
Suatu ketika sesekali teringat permainan tersebut,
dan hati akan tergores lagi.
Itu pun hanya sebentar."
"Benarkah?
Tapi, Pelatih kecewa,
ia mengeluarkan saya dari tim."
"Ingat seseorang yang duduk di sampingmu tadi?
Mula-mula ia berdiri di balik pohon mahoni
di hutan seberang stadium,
ia mulai meniti setiap jengkal tubuhmu.
Kemudian berdiri di sampingmu,
sampai duduk di sampingmu seperti tadi."
"Terdengar seperti hantu,
aku tidak sadar.
Siapa dia?"
"Dia seorang penelisik!
Dia agen pencari bakat pesepak bola!
Sudahi sedihmu, kau sudah dibuang, bukan?
Tapi, di tempat lain,
kau dicari Bung!"
Bung terhuyung-huyung menghampiri penelisik itu.
Mereka berjabat tangan.
"Dalam pelangi dia melihat arsitektur dunia baru,
sementara reruntuhan bobrok rumah-rumah
dan pabrik-pabrik tua tersapu bersih,
dunia berdiri di atas jaringan hidup Kebenaran,
tepat sepadan dengan kubah
yang menjulang sampai Sorga."
Tangerang, 13 April 2018
Terinspirasi dari Manifestasi Pendirian D.H. Lawrence
yang diungkapkan dalam The Rainbow (1915)
Comments
Post a Comment