Waktunya Lahir


Ah, hampir lupa
Hari ini minggu?

Meski bukan

Ini waktunya ia lahir

Dengan sempurna rencana buatan tanganku

Ia belajar merangkak sempurna
Penuh peluh di tubuhnya
Lalu, menitah nitah di genggam ibunya

Berlari-lari kecil
Dengan mudah tertawa dan menangis
Karena ingin pipis

Ia akan tahu betapa berharga kecilnya

Seketika dewasa ia akan memakan dagingnya sendiri
Mencaci muka di depan cermin
Berseru murka kepadaku

Padahal, aku suka tawanya dulu
Saat merengek iri dengan boneka tetangga
Dan meminta permen di warung

Ah, pedih aku
Selalu saja terabai
Saat ia bersama kawan-kawannya

Ah, pedih aku
Mengingatnya mengingatku ketika jatuh
Merengek seperti dulu
Mana tahan aku pangku dan kecup keningnya

Ah, pedih aku
Dia bertumbuh tua
Dengan kebanyakan isi kepala
Serta kerutannya

Aku semogakan dia mencintaiku
Dan tak bersedih

Karena, ada aku dan ibu bapaknya
Selamanya

Ah, manis


Rawamangun
10 Desember 2015



Comments