Pusara Hati


Wahai, kawan
Begitu aduhai setiap lekuk
Terpana berjuta mata kepadamu
Mengapa berbulir air menetes di kerlingmu?

Wahai, kawan
Kau surga para pria
Itu hatimu yang berbinar di penat malam
Mengapa kerut berakar di laras keningmu?

Wahai, kawan
Mari kutemani menbunuhnya yang membulir air dan mengerut kening milikmu
Mari kutemani dijalan berkerikil, melangkahi dia yang menjadi pusara hati

Teruntukmu, Antika, Wanita Indah yang Kukasihi

4 Maret 2015

Comments